Rabu, 06 April 2016

Perubahan Iklim Dan Pemanasn Global




Perubahan Iklim Di Indonesia
Medan-07-April-2016




                                                                  Oleh: Kosmas mahulae 


 
LATAR BELAKANG
PEMANASAN Global ini ternyata membawa konsekuensi yang sangat serius antara lain munculnya kejadian-kejadian yang tidak seharusnya terjadi didaerah tropis Nagara Indonesia.  Hujan ekstrim dan Musim kemarau menjadian bencana alam yang panjang  disetiap daerah di Indonesia yang merugikan petani karna gagal panen , juga berdapak pada berbagai sector kehidupan manusia yang luas. Jika hal ini tidak dapat perhatian dengan serius dari pemerintah maka di kawatirkan akan menjadi persoalan serius yang mengancam kelangsungan hidup manusia di Bumi ini.

POLA IKLIM DI INDONESIA
WILAYAH Indonesia secara umum mempunyai karakteristik iklim yang sangat Bagus bagi para Petani karna mempunyai hujan dengan curah yang banyak dan musim panas yang teratur untuk setiap tanaman yang tumbuh di daerah tropis. Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang berkembang yang memiliki sumber Daya Alam, Energy Bumi, Laut yang luas, keberagaman suku, etnis dan budaya. Hal ini mengambarkan bahwa kondisi Indonesia sangat komplks.  Banyaknya gunung-gunung aktif di Indonesia yang tersebar dari sabang sampai maruke, yang menggambarkan Indonesia rentan terjadi bencana, seperti adanya gunung meletus , gempa bumi, tsunami, banjir. Salah satu contohnya gempa yang terjadi di Nias, tsunami yang terjadi di Aceh, letusan gunung Krakatau di Selat Sunda, banjir bandang di Sumtara Barat dan masih banyak bencana lainya yang terjadi di Indonesia. Hal ini sangat memperhatinkan Negara Indonesia karana rentan terjadi bencana alam.

PERUBAHAN IKLIM
PERUBAHAN Iklim yang ekstrem telah mengganggu kesimbangan kehidupan di muka bumi. Bahkan perubahan iklim ini telah berimplikasi pada semua bidang: politik, ekonomi, budaya, pertanian dan lain-lain. Kesemuanya itu menjadi ancaman serius, yang jika tidak segera ditangani akan membawa kehancuran bagi struktur kehidupan.
Salah satu dampak yang paling terasa dari perubahan iklim tersebut adalah terancamnya kondisi ketahanan pangan. Kondisi ini sesungguhnya sudah mulai terasa goyah dalam beberapa tahun terakhir ini. Ketersediaan bahan pangan pun terancam. Tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh belahan bumi ini.
Terkhusus bagi bangsa Indonesia, jika tidak diantisipasi serta dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi secara sungguh-sungguh, perubahan iklim akan membawa dampak sosial, ekonomi dan politik yang serius. Misalnya, stok bahan pangan yang terbatas akan mengakibatkan ketergantungan pada bangsa lain. Maka penjajahan ekonomi pun bisa terjadi di kemudian hari.
Seperti kita ketahui, berita kegagalan panen di banyak daerah telah menjadi santapan harian media massa. Demikian juga dengan kemiskinan bagi masyarakat yang diakibatkan seringnya gagal panen. Hal ini menandaskan bahwa kita tidak mampu lagi mengatasi dampak pemanasan global yang berdampak langsung pada sektor pertanian.
Sektor pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim. Hal ini sangat wajar mengingat mayoritas pertanian tanaman pangan masih mengandalkan pada curah hujan. Artinya, sistem pertanian kita masih terpaku pada musim. Tak heran musim tanam yang dianjurkan pemerintah didasarkan pada perkiraan dukungan cuaca yang bisa membawa dampak pada pemaksimalan hasil panen.
Dampak langsung pemanasan global yang dirasakan pada sektor pertanian adalah menurunya produktifitas. Jika dirunut ke belakang, bahwa ada kecenderungan produksi beras dalam negeri tidak beranjak secara signifikan. Terganggunya siklus iklim, khususnya musim hujan dan kemarau adalah penyebab utamanya. Pergeseran musim yang sulit dipredikasi turut serta memberi kontribusi secara mutlak.
Beberapa waktu yang lalu, pemerintah melalui Departemen Pertanian bahwa kekeringan yang terjadi di Indonesia telah berdampak pada 426.000 hektar tanaman padi. Dibeberapa wilayah, gagal panen. Kekeringan yang disebabkan oleh karena aliran air yang sangat terbatas dan bahkan berhenti total.
Namun disisi lain, pergantian musim yang begitu cepat juga tak jarang menyebabkan banjir. Banjir juga sering menyebabkan gagal panen. Karena itu, baik kekeringan yang panjang maupun banjir, sama-sama mengganggu produksi beras.
Perubahan iklim telah mengganggu keseimbangan hasil pertanian. Padahal kita dihadapkan pada kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Bisa ditebak, bagaimana dampaknya nanti bagi kelangsungan hidup dari mayoritas masyarakat tersebut.
Beras dalam komponen utama bagi perwujudan ketahanan pangan. Jika produksi beras dalam negeri berkurang, maka satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan melakukan import beras. Sama-sama kita ketahui, jika impor beras terus dilakukan bisa berdampak pada ketergantungan mutlak bangsa ini terhadap negara lain. Tidak hanya itu saja, impor beras yang dilakukan secara terus menerus akan memiskinkan para petani.
Untuk itu, kita perlu terus melakukan upaya revitalisasi pertanian. Revitalisasi ini tentunya diperlukan dukungan kebijakan pemerintah yang pro pada lingkungan. Perubahan iklim harus cepat diantisipasi. Langkah untuk menanam pohon yang digagas pemerintah harus dilakukan secara kontinu.
Ancaman ketahanan pangan telah menghantui kita. Pemanasan global adalah penyebab utamanya. Maka, tak ada lagi pilihan lain bagi kita, selain berbenah. Tujuan kita adalah bagaimana menyelamatkan agar pemenuhan kebutuhan pangan bisa teratasi. Jangan lagi ktia terpaku pada impor beras.
PENGURANGAN  RESIKO PERUBAHAN IKLIM

PENGURANGAN  Resiko bencana alam akibat perubahan iklim dapat dilaksanakan dengan melalui program-program aksi nasionalisme untuk perubahan iklim di setiap Negara di Bumi ini. Dalam pelaksanaan perubahan iklim tersebut  di perlukan kegiatan antara lain:
1.      Hijaukan Rumah Anda
 Banyak di antara kita yang mengaku cinta lingkungan, cinta penghijauan, namun faktanya nyaris tak pernah menanam apapun di halaman rumahnya. Oke jika Anda tak punya halaman rumah. Setidaknya usahakan Anda memberi kesempatan bagi tumbuhan untuk hidup di sekitar. Tanaman gantung atau hidroponik cukup membantu bagi Anda yang tinggal di apartemen, rumah susun atau kos.
2.      Kurangi pemakaian bahan kimia.
Bahan kimia bukanlah bahan alami. Seperti bahan buatan lainnya, bahan ini tak dapat lebur dengan sendirinya dan meninggalkan efek buruk pada kehidupan. Pestisida, obat nyamuk dan sejumlah bahan pembersih ruangan mengandung aneka komponen kimia yang tanpa sadar ikut kita hirup seumur hidup kita. Bahkan pangan sayur dan buah pun ikut membawanya ke dalam tubuh kita. Cara mengatasinya? Maksimalkan konsumsi bahan-bahan alami, termasuk sayuran organik.
    3.    Jangan Gunakan plastik.
Sebisa mungkin hindari pemakaian plastik. Tas plastik memang banyak dipakai pasar swalayan maupun tradisional dalam mengemas belanjaan. Ada baiknya kita membawa tas kain atau kertas sendiri dari rumah dan menolak dengan halus tas plastik dari penjual. Mengapa? Plastik bukan bahan yang dapat hancur dengan sendirinya di pembuangan sampah. Sejumlah kandungan dalam bahan tersebut justru merusak kesuburan hayati tanah.
     4.   Hemat listrik di rumah.
Petuah klasik yang tak pernah ketinggalan zaman. Justru kian lama petuah ini kian dibutuhkan realisasinya, bukan sekadar teori. Padamkan lampu di siang hari. Matikan AC saat ruangan tak dihuni. Asal tahu saja rata-rata setiap rumah menghasilkan emisi gas rumah kaca dua kali lipat dari yang diproduksi sebuah mobil. Jadi jangan karena tidak mengeluarkan asap hitam dari knalpot mobil Anda maka Anda sudah merasa sebagai pahlawan lingkungan.
     5.   Bunuh produk penghisap listrik
Tanpa disadari, kita terus menerus membeli dan mengngunakan produk yang menghamburkan energi. Televisi (TV) adalah salah satunya. Tanpa sadar sebuah keluarga kerap menyalakan TV tanpa henti 24 jam walau tidak ditonton. Begitu juga komputer, DVD player dan charger ponsel yang terus terhubung ke colokan listrik.

KESIMPULAN

Pemanasan global telah nyata terjadi dan memberikan efek di Bumi ini. Kususnya Indonesia. Fator-faktor penyebab perubahan iklim perlu diketahui oleh setiap manusia-manusia yang hidup di pesisir pantai (laut), dataran rendah, dan dataran tinggi . dampak dari perubahan iklim naiknya air laut di garis-garis pantai, peningkatan intensitas hujan, frekuensi badai, banjir, kekeringan dan tanah longsor. Serta kondisi lingkungan semakin buruk bagi kehidupan manusia, perubahan iklim di Dunia kususnya Indonesia harus di lakukan penanganan(analisa) untuk mengurangi dampak perubahan iklim di berbagai sektor kehidupan manusia sekarang dan massa depan dari anak cucu kita nanti.




Selasa, 05 April 2016

REALITA BURUH INDONESIA


REALITA BURUH INDONESIA
Oleh: Kosmas Mahulae

Add caption



Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan, negara yang selalu menjujung tinggi hukum, dan menyelesaikan segala persoalan sesuai dengan aturan hukum dalam kehidupan berbangsa dan Negara.

Tetapi pada prakteknya perbudakan sebagai suatu bentuk kesenjangan yang sangat tinggi pola hubungan buruh-majikan, menempatkan  buruh pada posisi perbudakan bentuk baru (perbudakan modren) sebagai satu-satunya pilihan hidup, dimana seluruh aspek kehidupan buruh  dibawah kontrol majikan. Defenisi operasional ini dapat dipakai sebagai pijakan untuk melukiskan bagaimana sebenarnya realitas kehidupan buruh di Perusahaan.

Kehidupan buruh sangat bertentangan dengan PP No. 8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah, karna pp ini tidak lagi mengatur peran secara optimal dalam melindungi warga negaranya untuk mendapatkan upah yang layak dan justru sebaliknya, menyerahkan mekanisme pengupahan pasa sistem upah murah berbasis menindas dan memiskinkan buruh Indonesia. ketidaktahuan pekerja/buruh akan peraturan-peraturan ketenaga kerjaan yang membuat pengusaha dapat berbuat semaunya .


Dalam hubungan kerja, dengan bekerja maka pekerja/buruh akan mendapatkan upah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai manusia. syarat untuk mendapatkan upah tentu saja tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan yang dimiliki. Dengan demikian antra pekerjaan dengan kebutuhan kehidupan saling melengkapi. melalui pembiakan dan penerapan sanksi-sanksi kerja yang ketat . Untuk pekerja misalnya, paling tidak setiap sub jenis kegiatan seperti mulai dari sangsi administratif sampai sanksi proses kerja; dalam menghasilakan produk. Hal ini mempunyai mekanisme sanksi yang dikonversikan  dalam  bentuk uang sehingga terjadi pengurangan upah yang sedikit itu. Kesalahan kerja buruh dijawab dengan hukuman denda bukan dengan mendidik, melatih keterampilan kerja buruh. Tekanan upah rendah berakibat pada kesenjangan antara sumber pendapatan dengan besar pengeluaran hanya untuk sekedar makan. Dengan sedikit Cara mensiasati hal tersebut memaksa buruh mengurangi pola konsumsi keluarga nyaris tampa gizi,  “gali lobang tutup lobang” seperti ngutang diwarung dan tidak jarang terjebak  dengan tengkulak atau lintah darat menyebabkan sifat keterganungan yang tinggi pada perusahaan.

Cara lain yang juga ampuh menciptakan ketergantungan yang tinggi, telah lama berurat-berakar  warisan kolonial.  Akibat gaji yang rendah hanya cukup untuk tetap bertahan hidup memaksa buruh mengambil pilihan “pahit” yang harus ditempuh. Misalnya banyak buruh yang telah lama bekerja sekitar 25 – 30 tahun bahkan lebih saat pensiun tidak mempunyai rumah, sementara pihak perusahaan  berusaha memindahkanya. Satu-satunya cara untuk tetap tinggal diemplasmen adalah berusaha mewariskan pekerjaan sebagai buruh kepada anaknya inilah yang disebut “rekruitmen warisan” itu  pun tidak secara otomatis diangkat sebagai buruh tetap, tetapi ditangguhkan statusnya atau ditetapkan sebagai Burun Harian Lepas (BHL) dengan membatasi jumlah hari kerja dibawah 20 hari mensiasati undang-undang ketenagakerjaan.

 Dari uraian di atas sanagat, jelas bagimana pekerja/buruh sangat tertindas hak-haknya dalam waktu yang sangat panjang. Pola inilah yang sangat menguntungkan perusahaan (pemilik modal). Tujuannya jelas yaitu supaya si pekerja/buruh tidak bisa melahirkan keturunan yang baik karna upah minimum yang di tetapka oleh pemerintah baik dalam UU ketenaga kerjaan maupun dalam Surat Keputusan Gubernur, namun keputusan itu tinggal keputusan belaka hanya sebagai huruf mati di atas kertas. Karna upah minimumpun orang selalu berebut untuk diterima bekerja.     

Kondisi diatas sebenarnya disengaja oleh para pemilik modal dengan tujuan jangka panjang, tujuan yang jelas supaya pekerja/buruh tidak bisa melahirkan keturunan yang baik karna upah minumum hanya mampu membeli gizi yang rendah. akhirnya anak-anak pekerja/buruh tidak dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, seakan-akan mereka dijadikan stok tenaga kerja untuk mengantikan orang tua mereka bagi perusahaan (pemilik modal).





Medan 06-April-2016