Perubahan Iklim Di Indonesia
Medan-07-April-2016
Oleh: Kosmas
mahulae
LATAR
BELAKANG
PEMANASAN Global
ini ternyata membawa konsekuensi yang sangat serius antara lain munculnya
kejadian-kejadian yang tidak seharusnya terjadi didaerah tropis Nagara Indonesia.
Hujan ekstrim dan Musim kemarau menjadian
bencana alam yang panjang disetiap daerah
di Indonesia yang merugikan petani karna gagal panen , juga berdapak pada
berbagai sector kehidupan manusia yang luas. Jika hal ini tidak dapat perhatian
dengan serius dari pemerintah maka di kawatirkan akan menjadi persoalan serius
yang mengancam kelangsungan hidup manusia di Bumi ini.
POLA IKLIM
DI INDONESIA
WILAYAH
Indonesia secara umum mempunyai karakteristik iklim yang sangat Bagus bagi para
Petani karna mempunyai hujan dengan curah yang banyak dan musim panas yang
teratur untuk setiap tanaman yang tumbuh di daerah tropis. Indonesia juga
merupakan salah satu Negara yang berkembang yang memiliki sumber Daya Alam,
Energy Bumi, Laut yang luas, keberagaman suku, etnis dan budaya. Hal ini
mengambarkan bahwa kondisi Indonesia sangat komplks. Banyaknya gunung-gunung aktif di Indonesia
yang tersebar dari sabang sampai maruke, yang menggambarkan Indonesia rentan
terjadi bencana, seperti adanya gunung meletus , gempa bumi, tsunami, banjir. Salah
satu contohnya gempa yang terjadi di Nias, tsunami yang terjadi di Aceh,
letusan gunung Krakatau di Selat Sunda, banjir bandang di Sumtara Barat dan
masih banyak bencana lainya yang terjadi di Indonesia. Hal ini sangat
memperhatinkan Negara Indonesia karana rentan terjadi bencana alam.
PERUBAHAN
IKLIM
PERUBAHAN
Iklim yang ekstrem telah mengganggu kesimbangan kehidupan di muka bumi. Bahkan
perubahan iklim ini telah berimplikasi pada semua bidang: politik, ekonomi,
budaya, pertanian dan lain-lain. Kesemuanya itu menjadi ancaman serius, yang
jika tidak segera ditangani akan membawa kehancuran bagi struktur kehidupan.
Salah satu
dampak yang paling terasa dari perubahan iklim tersebut adalah terancamnya
kondisi ketahanan pangan. Kondisi ini sesungguhnya sudah mulai terasa goyah
dalam beberapa tahun terakhir ini. Ketersediaan bahan pangan pun terancam.
Tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh belahan bumi ini.
Terkhusus
bagi bangsa Indonesia, jika tidak diantisipasi serta dilakukan upaya mitigasi
dan adaptasi secara sungguh-sungguh, perubahan iklim akan membawa dampak
sosial, ekonomi dan politik yang serius. Misalnya, stok bahan pangan yang
terbatas akan mengakibatkan ketergantungan pada bangsa lain. Maka penjajahan
ekonomi pun bisa terjadi di kemudian hari.
Seperti kita
ketahui, berita kegagalan panen di banyak daerah telah menjadi santapan harian
media massa. Demikian juga dengan kemiskinan bagi masyarakat yang diakibatkan
seringnya gagal panen. Hal ini menandaskan bahwa kita tidak mampu lagi mengatasi
dampak pemanasan global yang berdampak langsung pada sektor pertanian.
Sektor
pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan
terkena dampak perubahan iklim. Hal ini sangat wajar mengingat mayoritas
pertanian tanaman pangan masih mengandalkan pada curah hujan. Artinya, sistem
pertanian kita masih terpaku pada musim. Tak heran musim tanam yang dianjurkan
pemerintah didasarkan pada perkiraan dukungan cuaca yang bisa membawa dampak
pada pemaksimalan hasil panen.
Dampak langsung
pemanasan global yang dirasakan pada sektor pertanian adalah menurunya
produktifitas. Jika dirunut ke belakang, bahwa ada kecenderungan produksi beras
dalam negeri tidak beranjak secara signifikan. Terganggunya siklus iklim,
khususnya musim hujan dan kemarau adalah penyebab utamanya. Pergeseran musim
yang sulit dipredikasi turut serta memberi kontribusi secara mutlak.
Beberapa
waktu yang lalu, pemerintah melalui Departemen Pertanian bahwa kekeringan yang
terjadi di Indonesia telah berdampak pada 426.000 hektar tanaman padi.
Dibeberapa wilayah, gagal panen. Kekeringan yang disebabkan oleh karena aliran
air yang sangat terbatas dan bahkan berhenti total.
Namun disisi
lain, pergantian musim yang begitu cepat juga tak jarang menyebabkan banjir.
Banjir juga sering menyebabkan gagal panen. Karena itu, baik kekeringan yang
panjang maupun banjir, sama-sama mengganggu produksi beras.
Perubahan
iklim telah mengganggu keseimbangan hasil pertanian. Padahal kita dihadapkan
pada kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian. Bisa ditebak, bagaimana dampaknya nanti bagi
kelangsungan hidup dari mayoritas masyarakat tersebut.
Beras dalam
komponen utama bagi perwujudan ketahanan pangan. Jika produksi beras dalam
negeri berkurang, maka satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan
melakukan import beras. Sama-sama kita ketahui, jika impor beras terus
dilakukan bisa berdampak pada ketergantungan mutlak bangsa ini terhadap negara
lain. Tidak hanya itu saja, impor beras yang dilakukan secara terus menerus
akan memiskinkan para petani.
Untuk itu,
kita perlu terus melakukan upaya revitalisasi pertanian. Revitalisasi ini
tentunya diperlukan dukungan kebijakan pemerintah yang pro pada lingkungan.
Perubahan iklim harus cepat diantisipasi. Langkah untuk menanam pohon yang
digagas pemerintah harus dilakukan secara kontinu.
Ancaman
ketahanan pangan telah menghantui kita. Pemanasan global adalah penyebab
utamanya. Maka, tak ada lagi pilihan lain bagi kita, selain berbenah. Tujuan
kita adalah bagaimana menyelamatkan agar pemenuhan kebutuhan pangan bisa
teratasi. Jangan lagi ktia terpaku pada impor beras.
PENGURANGAN RESIKO PERUBAHAN IKLIM
PENGURANGAN Resiko bencana alam akibat perubahan iklim
dapat dilaksanakan dengan melalui program-program aksi nasionalisme untuk
perubahan iklim di setiap Negara di Bumi ini. Dalam pelaksanaan perubahan iklim
tersebut di perlukan kegiatan antara
lain:
1. Hijaukan Rumah Anda
Banyak di antara kita yang mengaku
cinta lingkungan, cinta penghijauan, namun faktanya nyaris tak pernah menanam
apapun di halaman rumahnya. Oke jika Anda tak punya halaman rumah. Setidaknya
usahakan Anda memberi kesempatan bagi tumbuhan untuk hidup di sekitar. Tanaman
gantung atau hidroponik cukup membantu bagi Anda yang tinggal di apartemen,
rumah susun atau kos.
2. Kurangi pemakaian bahan kimia.
Bahan kimia bukanlah bahan alami. Seperti bahan buatan
lainnya, bahan ini tak dapat lebur dengan sendirinya dan meninggalkan efek
buruk pada kehidupan. Pestisida, obat nyamuk dan sejumlah bahan pembersih
ruangan mengandung aneka komponen kimia yang tanpa sadar ikut kita hirup seumur
hidup kita. Bahkan pangan sayur dan buah pun ikut membawanya ke dalam tubuh kita.
Cara mengatasinya? Maksimalkan konsumsi bahan-bahan alami, termasuk sayuran
organik.
3. Jangan Gunakan
plastik.
Sebisa mungkin hindari pemakaian plastik. Tas plastik memang
banyak dipakai pasar swalayan maupun tradisional dalam mengemas belanjaan. Ada
baiknya kita membawa tas kain atau kertas sendiri dari rumah dan menolak dengan
halus tas plastik dari penjual. Mengapa? Plastik bukan bahan yang dapat hancur
dengan sendirinya di pembuangan sampah. Sejumlah kandungan dalam bahan tersebut
justru merusak kesuburan hayati tanah.
4. Hemat listrik di rumah.
Petuah klasik yang tak pernah ketinggalan zaman. Justru kian
lama petuah ini kian dibutuhkan realisasinya, bukan sekadar teori. Padamkan
lampu di siang hari. Matikan AC saat ruangan tak dihuni. Asal tahu saja
rata-rata setiap rumah menghasilkan emisi gas rumah kaca dua kali lipat dari
yang diproduksi sebuah mobil. Jadi jangan karena tidak mengeluarkan asap hitam
dari knalpot mobil Anda maka Anda sudah merasa sebagai pahlawan lingkungan.
5.
Bunuh produk penghisap listrik
Tanpa disadari, kita terus menerus membeli dan mengngunakan
produk yang menghamburkan energi. Televisi (TV) adalah salah satunya. Tanpa
sadar sebuah keluarga kerap menyalakan TV tanpa henti 24 jam walau tidak
ditonton. Begitu juga komputer, DVD player dan charger ponsel yang terus
terhubung ke colokan listrik.
KESIMPULAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar